Selasa, 10 Mei 2011

“IBU”

Tiada hari tanpa perjuanganmu
Jari-jari lentikmu
Tak henti mengais dan menghidupi keluargamu
Tak terasa usiamu termakan waktu…

Sungguh besar pengorbananmu
Engkau jalani harimu
Dengan ikhlas dan kesabaran
Tanpa mengharapkan imbalan…

Perjuanganmu tak kan kulupakan
Yang telah mendidik dan merawatku
Engkau mengharapakan…..
Kesuksesan dikeluargamu…

Oh Ibu…..
Betapa aku mengagumimu
Betapa aku menghormatimu
Terima kasih Ibu…
Atas segala pengorbananmu…
“Untung tak dapat diraih,Malang tak dapat ditolak”

          Pagi yang cerah, Narso sedang duduk didepan rumah sambil berpikir “mengapa saya sudah lama lulus sekolah, tapi tidak mendapat pekerjaan-pekerjaan?” Tanya didalam pikiran Narso, pemuda yang berumur 21 tahun tersebut. Beberapa saat kemudian, datang Yogi yang tidak sengaja lewat depan rumah Narso yang tadinya bertujuan pergi kewarung sebelah rumah Narso. Dan kemudian Yogi menyapa Narso …
          “Hai So …” Sapa Yogi ke Narso.
          “Oh ya Gi …, mampir dulu Yog!” Balas dan ajak Narso.
          “Ya So …” Kata Yogi.
          “Silahkan duduk Yog …!” Perintah Narso.
          “Ya So … Kamu lagi mikirin apa So? Keliatannya dari raut wajahmu seperti orang yang lagi kesusahan.” Tanya Yogi.
          “Iya Yog, aku lagi mikirin sesuatu.” Jawab Narso.
          “Memangnya lagi mikirin apa? Cerita ya sama sahabatmu sendiri ini.”Kata Yogi.
          “Gini Yog,selama ini kan aku lulus SMA sudah lama, tetapi kenapa aku dari dulu sampai sekarang belum dapat pekerjaan?” Cerita Narso.
          “Ya mungkin rezeki itu kan sudah ada yang ngatur juga, kamu harusnya yang tabah aja dan rajin usaha mencari kerja. Mungkin sekarang belum rezeki kamu So.” Saran Yogi.
          “Makasih Yog atas nasehatnya.” Ucap Narso.
          “Ya sama-sama So. Ya sudah dulu So,aku mau lanjut pergi kewarung.” Kata Yogi.
          “Ya Yog … Nanti sore kita muter-muter pake sepeda motor ya yog, aku jemput kamu.” Kata dan tawar Narso.
          “Oke So, aku ngikut aja.” Jawab Yogi.

          Siang harinya Narso pergi kerumah Yogi menjemput Yogi mengajak yogi muter-muter jalan besar dengan sepeda motor. Disaat sedang asyiknya kedua pemuda tersebut mengendarai sepeda motor, mereka melihat seseorang pengendara Yamaha Mio Soul berwarna hitam bernomor Polisi R 5550 VS yang dikendarai oleh seorang wanita yang membawa dompet plastic berwarna ungu. Pengendara sepeda motor tersebut bernama Aulia Budi M, dia mengendarai sepeda motornya sendirian. Kemudia Narso dan Yogi membuntuti pengendara Mio Soul tersebut. Disaat Narso dan Yogi membuntuti Aulia, timbul pikiran yang tidak baik dari Narso. Didalam pikiran Narso yaitu berpikir, daripada saya nganggur dang a punya uang untuk beli rokok, mending saya njambret aja pengendara yang ada didepan saya. Kemudian Narso berbicara ke Yogi dengan tujuan mengajak Yogi untuk mengikuti apa yang ada didalam pikiran Narso. Kemudian Yogi yang sangat mudah dipengaruhi oleh orang akhirnya mau mengikuti apa yang ada didalam pikiran Narso. Dan darisitulah tindak kriminalpun terjadi.

          Kedua pemuda tersebut tak berlama-lama langsung memepet dan memberhentikan Aulia. Awalnya korban tidak curiga dengan tindakan yang dilakukan oleh Narso dan Yogi. Didalam pikiran Aulia mungkin mereka Cuma iseng atau Cuma ingin mengajak berkenalan, tapi tebakan Aulia salah. Tak tinggal lama Narso mengambil tas plastik yang dibawa oleh pengendara Mio Soul yang bernama Aulia, kemudian mereka membawa kabur tas tersebut. Namun nasib sial menimpa Narso dan Yogi. Disaat pelariannya tersebut, tiba-tiba motor yang dikendarai mereka mogok, karena kehabisan bensin. Disaat kendaraan yang dikendarai penjambret tersebut mogok, Yogi tak tinggal diam. Ia mencari tempat pejualan bensin disekitar tempat simana motor yang dikendarai penjambret tersebut mogok. Namun belum beruntung, Yogi sudah mencari kesana-kemari tak ada satupun penjual bensin disekitar tempat kendaraan yang ditungganginya mogok. Kemudian Aulia juga tak tinggal diam, ia mengejar penjambret tasnya tersebut dan ia berhasil mengejarnya. Aulia langsung mendatangi penjambret dan meminta supaya tas yang telah diambilnya dikembalikan dengan utuh. Namun Narso yang masih menunggu Yogi datang sangat keras kepala. Narso mengelak dan berpura-pura tidak tahu akan dompet tersebut. Karena tidak mau mengembalikan dompet tersebut, Aulia atau korban penjambretan tersebut meneriaki Narso maling, sehingga mengundang perhatian warga. Sementara itu Yogi yang sedang mencari bensin dan mengetahui Narso ditangkap warga, kemudian ia melarikan diri entah kemana. Kemudian Narso dibawa kepihak yang berwajib.

          Disaat diintrogasi, Narso mengaku mencuri dompet plastik warna ungu milik Aulia yang didalamnya berisi uang sebesar Rp.450.000,00 dan STNK sepeda motor yang dikendarai oleh Aulia, serta KTP milik korban, dan dengan tujuan hanya ingin memilikinya saja. Kemudian Narso sampai akhirnya diajukan ke meja hijau oleh Jaksa Penuntut Umum(JPU) Afri Erawati,SH.

          Didalam siding tersebut Narso terbukti melakukan tindak pidana pencuruian sebagaiman tercantum dalam pasal 363 ayat 1 ke 4 KUHP. Majelis Hakim PN Purwokerto yang dipimpin Sudira,SH akhirnya menjatuhkan vonis 6 bulan pada terdakwa. Keputusan tersebut lebih ringan disbanding keputusa JPU yang menuntut terdakwa 8 bulan penjara.

          Sungguh malang nasib Narso warga desa Wiradadi, kecamatan Sokaraja, kabupaten Banyumas ini belum sempat menikmati hasil curiannya, namun sudah dapat ditangkap oleh warga. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Paribahasa tersebutlah yang sangat pas disandang oleh Narso.

Rabu, 02 Februari 2011

Makna Gramatikal

Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan
Contoh:
Berlari = melakukan aktivitas
Bersedih = dalam keadaan
Bertiga = kumpulan
Berpegangan = saling

Makna Gramatikal Baru
Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afikasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya dalam proses afikasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal “memakai baju”. [1][12] Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan oleh proses gramatikal ini berkaitan erat dengan fitur makna yang dimiliki setiap butir leksikal dasar.
a. Fitur Makna
Makna setiap butir leksikal dapat dianalisis atas fitur-fitur makna yang membentuk makna keseluruhan butir leksikal itu seutuhnya. Misalnya
Fitur makna
Boy
Man
Girl
Woman
  1. Manusia
  2. Dewasa
  3. Laki-laki
+
-
+
+
+
+
+
-
-
+
+
-
            Jadi, dari bagan diatas bisa diambil kesimpulan dari salah satu contoh kata Boy, memiliki fitur makna (+ manusia), )- dewasa), (+ laki-laki)
            Analisis fitur semantik ini yang berasal dari kajian Roman Jackobson dan Morris Helle (1953) mengenai bunyi bahasa Inggris, dimanfaatkan oleh Chomsky untuk membedakan ciri-ciri lexical item dalam daftar leksikonny, seperti:
Fitur
Boy
Dog
Chair
Rice
  1. Nomina
  2. Insan
  3. Terhitung
  4. Konkret
  5. Bernyawa
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
-
-
+
-
+
-
-
-
-[2][13]
b. Makna Gramatikal Afiksasi
Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia afiksasi merupakan salah satu proses penting dalam pembentukan kata dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan dengan fitur semantik. Misalnya pada bentuk kata dasar yang berfitur semantik (+kendaraan) akan melahirkan makna gramatikal “mengendarai”, “naik”, “menumpang”.
c. Makna Gramatikal Reduplikasi
Reduplikasi juga merupakan satu proses gramatikal dalam pembentukan kata. Secara umum makna gramatikal yang dimunculkannya adalah menyatakan “pluralis” atau “intensitas”. Misalnya kata rumah direduplikasikan menjadi rumah-rumah bermakna gramatikal banyak rumah, dan lain-lain. Namun, makna gramatikal reduplikasi ini tampaknya tidak bisa ditafsirkan pada tingkat marfologi saja, melainkan baru bisa ditafsirkan pada tingkat gramatikal yang lebih tinggi yaitu sintaksis. Misalnya makna kata “lebar-lebar” pada kalimat-kalimat berikut:
- Bukalah pintu itu lebar-lebar!
- Daunnya sudah lebar-lebar, tetapi belum dipetik
- Kumpulkan kertas yang lebar-lebar itu disini
Kata lebar-lebar kalimat pertama bermakna “selebar mungkin”, pada kalimat kedua bermakna “banyak yang lebar”, sedangkan kalimat yang ketiga bermakna “hanya yang lebar saja”.
d. Makna Gramatikal Komposisi
Butir leksikal dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, adalah terbatas, padalah konsep-konsep yang berkembang dalam kehidupan manusia akan selalu bertambah. Oleh karena itu selain proses afiksasi dan proses reduplikasi, banyak juga dilakukan proses komposisi untuk menampung konsep-konsep yang baru muncul itu, atau yang belum ada kosakatanya. Contoh kata sate yang bermakna leksikal daging yang dipanggang dan diberi bumbu, ada kita dapati gabungan kata sate kambing, sate ayam, sate madurra dan sate padang.
Dari makna gramatikal yang kita lihat dari contoh komposisi dengan kata sate itu, tampak bahwa makna gramatikal yang muncul dari gabungan kata itu, sangat berkaitan dengan fitur semantik yang dimiliki oleh butir leksikal yang digabungkan dengan kata sate itu.Kata atau butir leksikal kambing dan ayam sama-sama memiliki fitur semantik (+hewan),(+daging),(+bahan (makanan)), maka fitur (+bahan (makanan)) ini melahirkan makna gramatikal sate kambing dan ayam “bahan”, dll.
Penutur (asli) suatu bahasa tidak perlu secara khusus mempelajari dulu fitur-fitur semantik kosakata yang ada di dalam bahasanya untuk dapat membuat gabungan kata, sebab fitur-fitur semantik itu sudah turut ternuranikan sewaktu dia dalam proses pememrolehan bahasanya.
e. Kasus Kepolisemian
Sebuah kata atau ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna lebih dari satu. Dalam kasus polisemi, biasanya makna pertama adalah makna sebenarnya, yang lain adalah makna yang dikembangkan.
Contoh:
a. Kepalanya luka kena pecahan kaca.
b. Kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor.
c. Kepala kantor itu paman saya.
d. Kepala jarum itu terbuat dari plastic.
Makna pertama kata kepala adalah makna denotatif, sedangkan makna-makna berikutnya tidak bisa dipahami tanpa konteks sintaksisnya.
Dalam proses pemerolehan semantik makna polisemi ini dikuasai setelah menguasai makna leksikal. Suatu ujaran yang mengandung kata atau kata-kata yang bermakna polisemi tentu akan dipahami secara salah oleh pendengar yang belum tahu akan makna polisemi dari kata atau kata-kata itu. Misalnya: Dulu ketika di TK seorang anak terheran-heran mendengar bait lagu “Naik Delman” yang berbunyi “Naik delman istimewa ku duduk di muka” Di rumah sepulang sekolah dia bertanya pada ibunya, “Ma kok muka diduduki sih?. Disisni tampak bahwa anak tersebut baru menguasai makna leksikal kata muka. Yaitu bagian kepala sebelah depan tempat adanya mulut, hidung dan mata. Dia belum mengerti makna polisemi bahwa muka juga memilki makna “depan”